Inovasi Pertanian Terpadu Berbasis Edukasi dan Produksi Mandiri Polda Riau

PEKANBARU,(Riausindo.com) - Sebuah inisiatif pertanian terpadu oleh Polda Riau melalui Bank Pohon. Inovasi ini menjadi dasar pengembangan program ketahanan pangan masyarakat, Jum’at (26/9/2025).

Melalui budidaya tabulampot (tanaman buah dalam pot), peternakan ayam dan kambing, hingga budidaya ikan dan tanaman hortikultura, semuanya dengan prinsip produksi mandiri dan edukatif.

Menurut Bripda Muhammad Putra Aulia, Spt selaku koordinator Bank Pohon, program ini digerakkan oleh tim kolaboratif yang terdiri dari Bank Pohon,kelompok tani, serta didukung oleh alumnus peternakan berpengalaman. 

Mereka berkomitmen tidak hanya mengedukasi masyarakat, tetapi juga menyediakan sarana produksi sendiri mulai dari pupuk, pestisida, hingga pakan ternak, guna mengurangi ketergantungan terhadap produk komersial.

Menurutnya, program ini telah berjalan secara aktif sejak beberapa waktu lalu dan terus berkembang hingga saat ini. 

Bahkan, sejumlah hasil awal seperti 9.450 bibit dari 38 jenis tanaman, produksi pelet ikan apung berprotein 26%, dan pemeliharaan 300 ayam petelur sudah mulai menunjukkan dampaknya.

Semua kegiatan terpusat di Bank Pohon Jalan Limbungan Rumbai kota Pekanbaru yang terbuka untuk masyarakat umum, mitra tani, dan juga pelajar yang ingin belajar langsung dari lapangan.

"Kegiatan ini hadir sebagai solusi konkret terhadap isu ketahanan pangan dan mahalnya biaya produksi pertanian-peternakan, terutama dari aspek pakan dan pupuk", jelas Putra.

Dengan produksi mandiri, masyarakat dapat lebih mandiri secara ekonomi, mengurangi ketergantungan, dan menciptakan ekosistem pangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Pengolahan Solid Sawit dijadikan media tanam organik, penanaman benih cabai, tomat, terong dibagikan untuk tabulampot masyarakat.

Bank Pohon menyediakan ribuan bibit unggul yang diberi pupuk buatan sendiri (asam amino & nutrisi mikro-makro).

Peternakan ayam & kambing menggunakan sistem manajemen modern dan pakan fermentasi (silase jagung), produksi pakan sendiri termasuk pelet ikan apung untuk budidaya ikan patin dan nila.

Sterilisasi lahan & kontrol bau menggunakan produk sulfur dan hasil riset internal sebagai fungisida dan penghilang bau.

"Inisiatif ini bukan sekadar "mengajak bertani", tapi menjadi contoh nyata kolaborasi edukasi, inovasi, dan kemandirian pangan berbasis komunitas", tutup nya.

Dari sawit yang tak terpakai, menjadi solusi strategis untuk masa depan pangan yang lebih mandiri dan berkelanjutan.

( Ocu Ad  )



[Ikuti Terus RiauSindo Melalui Sosial Media]