Willy, Bagi Kami

Memadamkan Bara Api di Bawah Kaki Sudah Biasa

Petugas Manggala Agi di Barisan terdepan terlihat berjibaku memadamkan api di dalam lahan gambut yang masih membara

Panas terik matahari sangat menyengat Siang itu, Meskipun Berjarak 1 Kilometer dari lokasi karlahut, tapi  aroma lahan terbakar sangat tidak  bersahabat, asap, kabut  dan Abu material sisa kebakaran berterbangan di terpa angin.

Waktu itu, Rabu 10 April 2019 pukul 16.44 Wib,  Willy dan pasukan Manggala Agni Da Ops Dumai  masih berada di dalam kawasan lahan gambut tepatnya di Jl. Dahlia Dumai Timur yang hangus terbakar. Lahan gambut bekas terbakar itu masih terasa hangat, Bara lahan gambut yang masih membara di kedalaman 1 meter di bawah tanah mengeluarkan  hawa panas saat diinjak meski telah menggunakan sepatu tebal.

Proses pendinginan  ini bukan lah tidak beresiko, meskipun kobaran api tidak terlihat namun, debu, asap bahkan jika petugas lalai tidak jarang terinjak ke dalam benaman bara gambut yang masih mereh tetbakar.

"Bagi kami Petugas Manggala Agni, mendinginkan bara api di bawah kaki sudah biasa. Masih terasa hangat, bahkan panas saat diinjak walau sudah mengenakan sepatu ini," kata Welly seraya mengangkat kaki sebelah  menunjukkan sepatu boat yang sudah kumuh hitam di tutup abu kebakaran.

Beberapa meter ke depan, tidak jauh dari lokasi wiliy dan rekannya berdiri   masih terlihat jelas beberapa titik api yang masih hidup tampak lidah api menjilat pepohonan, rerumputan dan gambut di sekitarnya.

Di dalam pekatnya debu dan  kepulan asap yang sangat memedihkan mata, bahkan menutup jarak pandang berkisar 10  meter saja. Di titik terdepan terlihat satu dari anggota Manggala Agni  berdiri tegap memegang Ujung selang air sembari  menyemprotkannya ke lahan gambut yang masih berasap.

Gerak maju mereka kedalam lokasi yang masih mengepulkan asap sembari menyemprotkan air ke depan, kiri dan kanan seperti begitu gigih bak menaklukkan lawan di medan perang. Terlihat Mereka seolah berpacu dengan waktu, senja juga seperti tak mau kalah cepat menjemput kegelapan malam saat itu tapi kerja mereka belum usai.

Rrrrrrr....rrrrt... Pompa air hidup terus bekerja menyemprotkan air hingga ke liang-liang lahan gambut yang terlihat berasap dan masih terbakar, Kerja Pasukan Manggala Agni sedikit terbantu dengan ketersediaan air, sebab  Air dari parit di lokasi lahan terbakar dimanfaatkan untuk melakukan pemadaman.

Beruntung, lokasi lahan yang terbakar ini dapat diakses dengan kendaraan roda empat, sehingga Manggala Agni tidak kesulitan dalam mengangkut peralatan kerjanya.

Hingga gelap mulai menyelimuti, pasukan merah besutan Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan ini menghentikan sejenak tugas mereka di hari itu.

Selang digulung, menandakan tugas mereka selesei pada Rabu 10 April 2019 itu. Semakin gelap, bau asap semakin pekat, semakin menyeruak.

Syafrudin, Wakil Komandan Regu Manggala Agni Da Ops Dumai menuturkan, lahan di kawasan tersebut sudah terbakar sejak beberapa bulan terakhir. Sudah sempat padam, namun akhirnya titik api kembali muncul.

"Begitulah, karena yang terbakar lahan gambut. Api yang sudah padam di atas, belum tentu benar-benar padam di bawah. Sehingga, titik asap kapan saja bisa berubah seketika menjadi titik api kembali," ceritanya.

Bagi pasukan manggala agni, memadamkan api di lahan terbakar sudah menjadi tugas dan kewajiban mereka sebagai bakti Manggala Agni kepada NKRI.

Tidak ada kata lelah dan menyerah. Sehingga, slogan pantang pulang sebelum padam benar-benar mereka laksanakan.

Diceritakannya, dalam menghadapi kebakaran hutan dan lahan, mereka tidak hanya bertugas hingga api di atas lahan padam. Namun, juga melakukan pendinginan. Pendinginan adalah menyemprotkan air ke bawah tanah lahan gambut. Tujuannya, agar titik-titik api di kedalaman yang masih menyemburkan asap dapat benar-benar padam.

Kadang, di lokasi yang tidak ada saluran air, biasanya pasukan Manggala Agni akan mengakali air dengan membuat embung air di lokasi terbakar. Luasnya, sekitar 4 x 2 meter, dengan kedalaman lebih kurang 8 meter.

Dari embung, kemudian selang dipasang hingga ditarik manual untuk memadamkan jilatan api.

"Harus sangat hati-hati, karena yang diinjak terkadang adalah api," ucapnya.

Disamping itu, cerita Safrudin, tim juga harus memperhatikan arah angin dalam melakukan pemadaman. "Karena jarak pandang begitu terbatas. Terkadang, angin bisa saja membuat jilatan api berputar mengelilingi kami," kisahnya.

Kepala Manggala Agni Da Ops Dumai Jusman menyebutkan, Daops Dumai mempunyai pasukan 60 orang. Area tugas mereka tidak hanya di Dumai saja, namun juga sampai ke Bengkalis dan sebagian Rokan Hilir. Hampir setiap hari pasukan Manggala Agni turun ke lokasi, mulai dari yang bisa diakses roda empat, roda dua, bahkan hanya dengan akses jalan kaki.

Disampaikannya, proses pendinginan sebenarnya jauh lebih sulit dan berisiko dari proses pemadaman. Karena, bisa saja di atas tidak lagu terlihat api, namun di bawahnya masih menyisakan bara yang menyala. Sehingga, proses pendinginan membutuhkan waktu hingga berminggu-minggu.

''Kami harus memastikan api di bawah lahan gambut benar-benar padam. Kalau pemadaman apinya terlihat, kalau proses pendinginan, bisa saja api tersembunyi di bawah kaki. Artinya, titik yang masih menyisakan asap, menandakan ada bara di bawah gambut yang berpotensi menjadi titik api," ungkap Jusman.

Jusman juga menyampaikan, terkadang di lokasi karhutla yang memiliki stok air sedikit, guna membantu proses pemadaman, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membekali tim MA di lapangan dengan zat adiktif. Bahan kimia ini dicampur dengan air, dan disemburkan menggunakan alat pemadam bernama nozzle air.

Dengan alat ini air bercampur bahan kimia yang ramah lingkungan, disemburkan dengan tiga posisi. Melintang, menyebar, dan satu lagi dengan posisi seperti 'disuntikkan' ke dalam tanah atau lahan gambut.

''Zat ini sangat membantu mempercepat proses pemadaman maupun pendinginan, karena menutup sumber oksigen api,'' terang Jusman.

Koordinator Wilayah Manggala Agni Provinsi Riau, Edwin Putra di sela pelepasan 30 peserta LKJ Manggala Agni yang melakukan peliputan ke lokasi Karhutla, Rabu 10 April 2019 menyebutkan, Manggala Agni memiliki tugas mulai dari pencegahan, pemadaman hingga pendinginan.

Dalam tugas pencegahan terjadinya karhutla, Manggala Agni akan melakukan sosialisasi maupun penyuluhan kepada masyarakat tentang dampak dan bahaya kebakaran hutan lahan. Tujuannya, agar mengantisipasi masyarakat membuka lahan dengan cara membakar. Disamping sosialisasi dan penyuluhan juga dilakukan patroli rutin, dengan tujuan memantau kawasan yang terdapat lahan rawan terbakar.

Tugas berikutnya adalah pemadaman. "Nah, bagi kami, jika tugas melakukan pemadaman, artinya kami kalah, karena tidak mampu dalam melakukan pencegahan, mengantisipasi terjadinya kebakaran dan lahan. Sehingga bagaimanapun juga, pencegahan berupan sosialisasi, penyuluhan dan patroli harus lebih ditingkatkan," tuturnya.

Setelah bertugas melakukan pemadaman, Manggala Agni melanjutkan dengan melakukan proses pendinginan. Tujuannya, untuk memastikan api di bawah gambut benar-benar padam.*

 

Penulis : Jon Hehee



[Ikuti Terus RiauSindo Melalui Sosial Media]