Pilkada Dalam Beragam Wajah "Waspadai Kamuflase"

Syafruddin zam

RiauSindo- Keterlibatan yang berulangkali dialami oleh masyarakat dalam Pemilukada sejak tahun 2009 menurut saya telah cukup sebagai bekal  dalam memilih pemimpin. 
      Asam garam pengalaman  setidaknya mampu membuat masyarakat mengerti,  sehingga perlu tindakan kehati hatian dalam memilih. Masyarakat mestinya sudah paham sehingga tak mesti bingung dalam menentukan pilihan.  Apalagi para kandidat yang maju sebagian besar sudah diketahui perangai dan karakteristiknya, sehingga tidak ada alasan  untuk menyebut kekeliruan.
       Persoalannya adalah benarkah masyarakat  mampu menjadikan pengalaman sebagai dasar tindakan yang lebih cerdas dalam memilih pemimpin? Mestinya bisa, tapi entahlah. Bisa jadi sebagian dapat mengambil pelajaran tetapi sebagian lagi tidak atau ragu
      Mengapa ragu? Sebab ternyata masyarakat juga sedang bereksperimen. Mereka juga sedang mencari celah untuk memperdaya calon, agar bertindak prakmatis. Para pemain lapangan (tim sukses) terkadang dengan berbagai cara menyodorkan  pemikiran "keliru" sehingga sang calon terbawa arus dan akhirnya melahirkan tindakan kamuflase, dengan argumen pencitraan, dengan tujuan menuai simpati. Bahkan tidak jarang sang calon melakukan tindakan konyol dan kebohongan publik   bak "musang berbulu ayam". 
      Mereka ingin tampil bak malaikat penyelamat. Membangun citra seolah olah dialah orang yang paling peduli dengan masyarakat, padahal sesungguhnya musang ya tetap musang walaupun sudah berdandan seperti ayam.
         Dalam pergulatan permainan yang serba sandiwara, baik yang dilakoni masyarakat, timses, maupun calon apa akhirnya yang terjadi? Tentu akan jauh dari harapan. "Jauh panggang dari api". Yang tersisa hanya keluh kesah dan kekecewaan. 
     Pemimpin yang lahir dari kondisi perpolitikan tipu tipuan ini, dapat kita duga terjadi yaitu seperti sekumpulan ayam yang terpilih musang sebagai pemimpin, atau  sekelompok domba yang terpilih serigala. 
      Menurut hemat saya inilah yang perlu menjadi perhatian bagi semua kita terutama masyarakat pemilih. Introspeksi dan sadarlah, bahwa pemilihan kepala daerah ini adalah sesuatu yang sangat penting dan sesuatu yang harus kita pertanggung jawabkan hingga di yaumil Mahsyar. Pemimpin yang kita pilih akan berpengaruh terhadap bukan saja kemajuan daerah tetapi keadaan kehidupan masyarakat. 
     Pemimpin adalah ujian bagi rakyat, bahkan salah satu cara Allah SWT menyiksa umatnya adalah dengan mengirimkan pemimpin yang zalim. Sepatutnya masyarakat pemilih benar benar harus berpikir dan menimbang sejernih mungkin dan bermohon kepada Allah SWT agar tidak ditunjukan kepada pilihan yang salah. 
   Gunakanlah senjata terkuat kita yaitu berdoa agar kita memilih pemimpin yang benar benar berpihak ke pada kepentingan masyarakat. 
         Masyarakat pemilih sepatutnya tidak terpengaruh dengan tipuan tipuan yang disebut pencitraan. Percayalah bahwa sesungguhnya setiap kita dibekali entah yang namanya insting, filing, dan perangkat lainnya sehingga kira dapat mengetahui mana yang tebu mana yang teberau, mana yang padi mana yang lalang.
       Pada sisi lain, kita juga diberikan Tuhan untuk dapat menilai siapapun itu melalui, perangai, perilaku, gestur tubuh, dan jejak langkah masa lalu. Dengan bekal yang ada, mestinya jika bekal yang ada dalam diri, kita gunakan semaksimal mungkin maka seharusnya kita akan mampu melahirkan pemimpin yang benar benar memperhatikan masyarakat.
       Berhentilah berkamuflase, jangan mudah tertipu, sebab orang tua tua kita selalu berpesan mengenai karakter seseorang sangat sulit untuk dirubah, seperti pepatah "berubah takuk, dua tanggam". 
         Bagi rakyat, pilkada adalah momen penting bagi perubahan untuk lebih baik. Jangan sia siakan peluang yang ada. Bangunlah harapan besar, jangan anggap Pilkada kerja main main, jangan sampai terpengaruh oleh  mainan orang lain. ***
         
Syafaruddin Zam
 Dosen fisip UIR



[Ikuti Terus RiauSindo Melalui Sosial Media]