Kapolda Riau Desak Penertiban Tambang Ilegal Usai Tragedi di Tenayan Raya

PEKANBARU,(Riausindo.com) — Tragedi memilukan kembali mengguncang Kota Pekanbaru. Dua bocah kakak-beradik, Marta Meirlina Daeli (11) dan Jefrianus Daeli (8), ditemukan tak bernyawa di kolam bekas galian bata ilegal di Tenayan Raya, Selasa (9/9/2025) pagi. 

Tangisan keluarga dan jerit pilu warga menyelimuti rumah duka di Jalan Badak Ujung, Kelurahan Tuah Negeri, tempat kedua jenazah disambut dalam suasana duka yang mendalam.

Keduanya dilaporkan hilang sejak Senin sore. Setelah pencarian semalaman, tubuh mungil mereka akhirnya ditemukan di kolam sedalam 1,5 meter, hanya sekitar 300 meter dari rumah.

Kehadiran Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan di tengah keluarga korban menambah keharuan. Dengan wajah serius dan nada suara yang tegas, ia menyatakan bahwa tragedi ini bukan sekadar kecelakaan biasa.

"Ini tamparan keras bagi saya selaku Kapolda Riau, juga bagi seluruh stakeholder dan pemerintah Kota Pekanbaru. Kita semua harus lebih serius menertibkan aktivitas pertambangan ilegal," ujar Irjen Herry saat melayat ke rumah duka.

Ia mengingatkan bahwa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara secara tegas melarang praktik pertambangan ilegal yang mengabaikan keselamatan warga dan kelestarian lingkungan.

Menurut Kapolda, aktivitas galian seperti pengambilan tanah untuk bata merah harus memenuhi standar keselamatan, kesehatan, serta kewajiban rehabilitasi lingkungan.

"Kita tidak bisa lagi menutup mata. Lubang-lubang maut ini nyata merenggut nyawa anak-anak kita. Sudah cukup," tegasnya.

Di lokasi yang sama, Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru Kompol Bery Juana Putra menjelaskan bahwa korban diduga tenggelam saat bermain di sekitar kolam bekas galian. 

Namun, pihaknya tetap melakukan penyelidikan mendalam untuk memastikan tidak ada unsur kelalaian atau pelanggaran hukum lainnya.

"Kami tidak menutup kemungkinan ada unsur kelalaian atau pelanggaran hukum. Semua sedang kami dalami," ujar Kompol Bery.

Polisi juga mengimbau para orang tua untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak, terutama di area-area berbahaya seperti bekas tambang, kolam galian, maupun lokasi rawan tenggelam lainnya.

Sejak pagi hingga siang hari, rumah keluarga Daeli tak pernah sepi. Puluhan warga datang silih berganti menyampaikan doa dan dukungan moral kepada keluarga yang tengah berduka. Tangis masih terdengar dari setiap sudut rumah, menyayat hati siapa saja yang hadir.

Kini, tragedi ini bukan hanya soal kehilangan dua nyawa belia, tapi juga menjadi pengingat keras bagi pemerintah, aparat, dan masyarakat: bahwa pembiaran atas aktivitas ilegal bisa berujung pada kehilangan yang tak tergantikan.

( Ocu Ad  )



[Ikuti Terus RiauSindo Melalui Sosial Media]