Harimau Sumatera Serang Pekerja hingga Tewas, BBKSDA Riau Turun Tangan

Kamis, 26 Juni 2025 - 17:17:47 WIB

PEKANBARU,(Riausindo.com) – Kawasan hutan Semenanjung Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, kembali menjadi sorotan setelah seorang pekerja dilaporkan tewas akibat serangan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) pada Selasa malam, 24 Juni 2025. 

Korban bernama Hadito, seorang pekerja di areal Pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH), ditemukan tak bernyawa dengan luka parah akibat gigitan dan cakaran di leher dan punggung.

Insiden tragis ini terjadi sekitar pukul 19.30 WIB. Berdasarkan informasi dari saksi mata, Firmansyah, korban saat itu sedang beristirahat di Camp Mobile/Camp Apung, sebelum keluar seorang diri untuk buang air di jarak sekitar 15 meter dari camp. Tidak lama setelah itu, terdengar teriakan minta tolong dari arah luar camp.

Saksi yang mendengar jeritan korban segera keluar dan menyenter ke arah suara, namun hanya mendapati korban sedang diseret masuk ke dalam PUP (Petak Ukur Permanen) sejauh 10 meter dari titik semula. 

Ketika berusaha menyelamatkan korban, saksi hanya menemukan celana dan ponsel milik Hadito. Pencarian oleh rekan-rekan korban kemudian menemukan jasad Hadito sekitar 100 meter dari lokasi penyerangan, dalam posisi telungkup dengan luka serius.

Jasad korban kemudian dievakuasi ke klinik distrik, dan pada Rabu dini hari dibawa ke Puskesmas Teluk Meranti untuk visum. Sekitar pukul 07.00 WIB, jenazah diberangkatkan ke Pekanbaru untuk penanganan lanjutan.

Menanggapi kejadian ini, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bergerak cepat. Mereka langsung berkoordinasi dengan Polsek Teluk Meranti dan pihak perusahaan untuk melakukan penanganan serta pengumpulan informasi di lokasi kejadian.

Dalam siaran pers pada Kamis (26/6), BBKSDA Riau mengonfirmasi telah menurunkan Unit Penyelamatan Satwa (UPS) untuk melakukan kajian lapangan. Tim menemukan jejak kaki dua individu Harimau Sumatera dengan ukuran berbeda di sekitar lokasi, yang mengindikasikan keberadaan lebih dari satu harimau di kawasan tersebut.

Langkah lanjutan yang diambil BBKSDA Riau termasuk dokumentasi lokasi, upaya mitigasi lanjutan, serta sosialisasi kepada para pekerja dan masyarakat sekitar agar tidak melakukan perburuan terhadap satwa mangsa alami harimau, seperti rusa dan babi hutan.

Kejadian ini menjadi peringatan serius akan meningkatnya konflik antara manusia dan satwa liar, terutama spesies yang dilindungi seperti Harimau Sumatera. Kawasan hutan yang terus terdesak oleh aktivitas manusia, termasuk konsesi hutan produksi, mendorong predator puncak seperti harimau untuk mendekati area yang dihuni manusia.

BBKSDA Riau menegaskan pentingnya pengelolaan kawasan hutan yang bijaksana, peningkatan pengawasan satwa liar, serta kolaborasi lintas sektor untuk mencegah konflik serupa terulang. Selain itu, masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan segera melaporkan jika melihat tanda-tanda keberadaan harimau di sekitar aktivitas mereka.

( Ocu Ad  )