Sudahlah Pak Tua, Usia Senja Lebih Indah Menemani Cucu Bermain, Namun Tetap Maju di Dunia Politik
Ilustrasi pak tua
Riausindo- Dalam hiruk-pikuk dunia politik yang tak pernah sepi, muncul sosok seorang lelaki tua dengan langkah yang tak lagi sekuat dulu namun tetap bersemangat seperti pemuda. Sebut Saja Pak Arjuna, yang kini telah memasuki usia senja, masih teguh berdiri di panggung politik nasional.
Usia tak lagi muda, kerutan di wajah dan rambut yang memutih menjadi saksi perjalanan panjangnya. Seharusnya, masa ini adalah waktu yang tepat baginya untuk duduk santai di beranda rumah, menikmati senja sambil mendengar tawa riang cucu-cucunya.
Namun, hasratnya untuk berkuasa tak kunjung padam. "Sudahlah Pak Tua, usia senja lebih indah menemani cucu bermain," begitu pesan yang kerap disampaikan oleh kerabat dan sahabatnya.
Namun, bagi Bapak Arjuna, politik bukan sekadar panggung kekuasaan. Baginya, politik adalah medan pengabdian, tempat di mana ia merasa mampu memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dan negara.
"Saya merasa masih banyak yang bisa saya lakukan. Pengalaman dan kebijaksanaan yang saya miliki adalah aset berharga untuk membangun negeri ini," ujarnya dalam sebuah wawancara eksklusif.
Kecintaannya pada dunia politik tidak lepas dari kisah masa lalunya. Sejak muda, Bapak Arjuna telah terjun ke dalam pusaran politik dengan tekad dan idealisme yang tinggi. Banyak perubahan yang telah ia dorong, banyak kebijakan yang ia bentuk demi kesejahteraan rakyat. Meski tubuhnya tak lagi sekuat dulu, semangat juangnya tak pernah pudar. Setiap hari, ia masih terlihat di gedung parlemen, berdiskusi dengan rekan-rekannya, mengusulkan solusi, dan merumuskan strategi.
Namun, tak sedikit yang menganggap bahwa sudah saatnya ia mengundurkan diri dan menikmati masa tua dengan damai. Kritik dan saran datang bertubi-tubi, memintanya untuk memberi kesempatan pada generasi muda.
"Bukankah lebih baik Anda menghabiskan waktu dengan keluarga, menikmati tawa ceria cucu-cucu Anda?" tanya seorang jurnalis muda dalam sebuah acara debat publik.
Menanggapi hal tersebut, Bapak Arjuna hanya tersenyum.
"Saya mencintai keluarga saya, dan mereka selalu ada di hati saya. Tapi, saya juga mencintai negeri ini. Dan selama saya masih bisa berkontribusi, saya akan terus berjuang," jawabnya tegas.
Dalam keteguhan hatinya, terlihat jelas bahwa Bapak Arjuna bukan sekadar haus akan kekuasaan. Ia adalah seorang patriot yang melihat politik sebagai panggilan hidupnya. Meski usia telah menua, visinya untuk negri yang lebih baik tetap muda dan segar. Begitu banyak tantangan yang ia hadapi, namun semuanya ia lalui dengan penuh keteguhan hati.
Dan mungkin, suatu hari nanti, ketika ia merasa telah menuntaskan tugasnya, Bapak Arjuna akan kembali ke rumahnya. Duduk di kursi goyang, ditemani tawa riang cucu-cucunya, menikmati senja yang indah dengan rasa puas karena telah mengabdi seutuhnya pada negeri tercinta. Hingga saat itu tiba, dunia politik masih akan menjadi saksi perjuangan seorang lelaki tua yang tak pernah lelah berjuang untuk bangsa dan negara. ***
Oleh : Jhon Chory